B ila
Anda melewati kompleks Dwikora perumahan dinas TNI AU di Lanud Halim
Perdankusuma, Jakarta, anda akan menemukan nama-nama asing seperti
Kolatu, Kolada, Stradaga, Straudga dan lainnya. Ternyata nama-nama itu
mengartikan nama operasi militer yang disingkat semasa Dwikora tahun
1962-1964.
Kolatu adalah singtan dari Komando Mandala Satu, Kolada adalah Komando
Mandala Dua, Stradaga adalah Strategi Darat Siaga, Straudga adalah
Strategi Udara Siaga, dan Stralaga adalah Strategi Laut Siaga. Semua itu
merupakan bagian operasi Dwikora (Dwi Komando rakyat) ketika Indonesia
berkonfrontasi denagn Malaysia.
Waktu itu, Indonesia menentang dibentuknya negara federasi Malaysia
yang merupakan gabungam Malaya dan Singapura di bagian barat, serta
Sabah, Serawak dan Brunei di Kalimantan Utara. Negara federasi bentukan
Inggris ini oleh Presiden pertama RI Soekarno, di beri nama 'Negara
Boneka" Malaysia.
Melalui negara federasi Malaysia itulah Inggris masih akan berpengaruh,
sementara Indonesia melihatnya sebagai bentuk kolonialisme baru dan
merupakan ancaman bagi kedaulatan RI.
Penentangan Indonesia ini direalisasikan dalam bentuk Dwi Komando
Rakyat (Dwikora) yang dicanangkan Bung Karno. Intinya menggagalkan
'Negara Boneka' Malaysia dan untuk itu rakyat di minta bersedia menjadi
sukarelawan. Tercatat, sekitar 21 Juta rakyat Indonesia mendaftar
sebagai sukarelawan untuk di kirim ke Kalimantan Utara.
✈ Terbesar di Asia Tenggara
Kekuatan udara merupakan sarana penentu dalam suatu operasi militer dan
menjadi andalan utama dalam Operasi Dwikora guna melawan kekuatan udara
gabungan Inggris, Australia, Selandia Baru, Malaysia dan Singapura.
Kala itu Kekuatan udara TNI AU masih menjadi kekuatan yang terbesar di
Asia Tenggara setelah pengembangan kekuatan saat membebaskan Irian Barat
untuk kembali ke dalam wilayah RI tahun 1962.
Pesawat pengebom intai jarak jauh dan tercanggih saat itu, TU-16KS,
B-25 Mitchell, B-26 Invader, pesawat tempur pemburu P-51 Mustang, MiG
17, MiG 19 dan MiG 21, pesawat angkut C-130 Hercules, C-47 Dakota,
Helikopter Mi-4 dan Mi-6, dikerahkan dan diarahkan ke Utara, Malaysia.
Sementara itu kekuatan personil selain 21 juta sukarelawan, pasukan TNI
yang dilibatkan adalah Pasukan Gerak Tjepat (PGT), Resimen Para Komando
Angkatan Darat (RPKAD), Marinir / Korps Komando (KKO) dan Brimob
Pelopor Polri.
✈ Berbagai Nama Operasi Militer
Selama lebih dua tahun konfrontasi, 1962-1964, operasi Dwikora telah melaksanakan berbagai operasi seperti:
Operasi Terang Bulan, penerbangan pesawat TU-16KS dan pesawat angkut
C-130 Hercules di wilayah udara Singapura, Malaysia dan Kalimantan Utara
untuk show of force.
Operasi Kelelawar, operasi untuk pengintaian dan pemotretan udara untuk
memantau bila ada pergerakan kekuatan militer di wilayah Kepulauan
Cocos dan Pulau Christmas, Australia di Samudera Indonesia.
Berbagai nama sandi operasi militer disesuaikan misi tugas seperti
Operasi Rembes, untuk penyebaran pamflet, Operasi Nantung, untuk menguji
kesiapan sendiri dan siaga atas kesiapan lawan. Operasi Tanggul Baja,
operasi dengan menempatkan pesawat-pesawat tempur di daerah yang lebih
dekat dengan mandala operasi.
Untuk operasi penerjunan pasukan linud, diberi nama operasi sandi
Antasari. Operasi Antasari I berhasil menerjunkan satu batalyon pasukan
tempur ke Kalimantan Utara dengan menggunakan pesawat angkut C-130
Hercules AURI.
Operasi linud Antasari telah dilakukan sampai yang ke empat menggunakan pesawat C-130 Hercules dan pesawat C-47 Dakota.
✈ Tragis Hercules T-1307
Pada saat melaksanakan operasi Antasari tanggal 2 September 1964, tiga
pesawat angkut C-130 Hercules membawa satu kompi pasukan PGT yang
dipimpin oleh Kapten Udara Suroso.
Dalam pesawat Hercules dengan nomor ekor T-1307 yang diterbangkan Pilot
Mayor Pnb Djalaluddin Tantu, ikut serta seorang perwira menengah
pimpinan PGT Letkol Udara Sugiri Sukani, yang ikut sekalian untuk
memberi semangat kepada pasukannya.
Hercules Tipe B tersebut diterbangkan oleh Mayor Pnb Djalaluddin Tantu
berserta ko-pilot Kapten Pnb Alboin Hutabarat membawa delapan awak
pesawat dan 47 personil PGT yang dipimpin Kapten Udara Suroso, untuk
diterjunkan di daerah operasi Kalimantan Utara. Namun dari tiga pesawat
Hercules, hanya dua pesawat yang kembali ke Halim Perdanakusuma. Satu
akhirnya dinyatakan hilang bersama 55 orang yang ada didalamnya, yaitu
T-1307 C-130B Hercules.
Selama operasi Dwikora, pasukan PGT merupakan pasukan payung yang telah
di terjunkan ke wilayah konfrontasi dengan kehilangan 83 orang
anggotanya. Nama Sugiri Sukani akhirnya dinyatakan hilang dalam tugas
dan di abadikan sebagai nama Pangkalan Udara di Jatiwangi, Cirebon dan
Suroso menjadi nama lapangan bola di kompleks Dwikora, Lanud Halim
Perdanakusuma, Jakarta.