1 Desember 1956
Dwitunggal Soekarno-Hatta pecah dengan mundurnya Drs. Mohammad HATTA dari Wakil
Presiden.
9 Desember 1956
KSAD Jenderal Mayor A.H. Nasution mengeluarkan
pengumuman yang melarang perwira² Angkatan Darat melakukan kegiatan politik.
24 Desember 1956
Laurens F. Saerang diangkat menjadi
Kepala Daerah Minahasa definitif, dan merupakan kepala daerah termuda di waktu
itu (1956-1958). Ia bekas komandan kompi dalam Batalyon 3 Mei berpangkat
Kapten. Ia dikenal sebagai pengusaha sukses dalam perdagangan besi rongsokan sisa
Perang Dunia II di Morotai.
Pada saat Pergolakan Permesta di Sulawesi Utara pecah,
ia kemudian membentuk Brigade Manguni serta memimpinnya. Masa kepemimpinan
resminya sampai tanggal 16 Juni 1958 dan digantikan Kapten Bert Supit (sampai
tanggal 23 September 1958). Meskipun demikian, pemerintahan sipil Permesta
masih mengakui kepemimpinannya sebagai Kepala Daerah Minahasa (KDM) Permesta,
yang tugas kesehariannya dijabat
oleh Wakil KDM Pati Arie Mandagi sebagai pejabat
KDM Permesta dan berkantor di desa Pinaras - Tomohon yang terletak di tengah
hutan.
27 Desember 1956
Kongres Masyumi di Bandung yang berlangsung
tanggal 22-29 Desember menyatakan menarik menteri²nya keluar dari Kabinet Ali
II (serta kehilangan 57 suara dalam Dewan Perwakilan Rakyat).
31 Desember 1956
Presiden Soekarno sebagai Panglima
Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi, menyatakan daerah Sumatera Selatan atau
daerah Komando Tentara & Territorium II (TT-II) dalam keadaan bahaya
perang.
7-8 Januari 1957
Rencana TT-VII/Wirabuana diajukan kepada KSAD
A.H. Nasution.
Letkol M. Saleh Lahede (Kastaf KDPSST) dan Mayor Andi Muhammad Jusuf (Kastaf Resimen Hasanuddin) membicarakan masalah² di Indonesia Timur guna mengatasi masalah gangguan keamanan di wilayah Sulawesi (terutama DI/TII Kahar Muzakhar), dengan mengajukan alternatif jalan keluar, yaitu agar tanggung jawab keamanan daerah diserahkan sepenuhnya kepada putra daerah. Selain itu juga mereka berbicara mengenai keadaan politik & ekonomi di Indonesia Timur.
Letkol M. Saleh Lahede (Kastaf KDPSST) dan Mayor Andi Muhammad Jusuf (Kastaf Resimen Hasanuddin) membicarakan masalah² di Indonesia Timur guna mengatasi masalah gangguan keamanan di wilayah Sulawesi (terutama DI/TII Kahar Muzakhar), dengan mengajukan alternatif jalan keluar, yaitu agar tanggung jawab keamanan daerah diserahkan sepenuhnya kepada putra daerah. Selain itu juga mereka berbicara mengenai keadaan politik & ekonomi di Indonesia Timur.
Awal Februari 1957
Gubernur Sulawesi - Andi Pangerang, dan
rombongan berada di Jakarta untuk memperjuangkan realisasi rencana pembangunan
di wilayahnya. Selain menghubungi berbagai pihak dan instansi selama sekitar
satu bulan, juga Presiden Soekarno dan Bung Hatta mereka kunjungi.
3 Februari 1957
Sekitar 47 organisasi pemuda di Makassar
mengadakan rapat. Mereka sepakat bahwa penyelesaian keamanan di Indonesia Timur
serta peningkatan kesejahteraan masyarakat harus bisa dilakukan melalui
pelaksanaan pembangunan. Kemudian mereka membentuk organisasi yang
mengkoordinasikan antar-organisasi pemuda yang ada dengan nama Dewan Pemuda
Sulawesi, yang dipimpin presidium dengan badan pekerja untuk tugas harian, yang
kepengurusannya sbb:
Presidium: Nurdin Johan, Mustafa Tari, Abdul Chalik, Mattulada, Ismael Habi, J.B. Rumbayan, G.W. Bawengan
Sekjen: R.A. Daud
Seksi²: Indra Chandra, Abdul Muis (Sastrawan Pujangga), Husein Achmad, Djihan Njompa, Nahariah
Presidium: Nurdin Johan, Mustafa Tari, Abdul Chalik, Mattulada, Ismael Habi, J.B. Rumbayan, G.W. Bawengan
Sekjen: R.A. Daud
Seksi²: Indra Chandra, Abdul Muis (Sastrawan Pujangga), Husein Achmad, Djihan Njompa, Nahariah
10/18 Februari 1957
Terbentuknya Dewan Manguni di Sulawesi
Utara, atas inisiatif Kapten G.K. Montolalu, dkk.
Pimpinannya terdiri atas:
Ketua : Henk L. Lumanauw
Sekretaris: Jan Torar
Anggota: Hein Montolalu & A.C.J. (Abe) Mantiri (direktur Pelayaran Rakyat Indonesia di Manado)
Pimpinannya terdiri atas:
Ketua : Henk L. Lumanauw
Sekretaris: Jan Torar
Anggota: Hein Montolalu & A.C.J. (Abe) Mantiri (direktur Pelayaran Rakyat Indonesia di Manado)
19 Februari 1957
Penyelenggaraan reuni tokoh² tokoh PKRS di
Kantor Pembangunan Daerah yang dihadiri ±19 orang. Kemudian mereka membentuk
wadah perjuangan baru yaitu Pusat Konsentrasi Tenaga untuk Keselamatan Rakyat
Sulawesi (disingkat Konsentrasi Tenaga) dengan Pengurus Sementara:
Ketua : Andi Burhanudin (residen di gubernuran Sulawesi/Ketua Umum PKR)
Wakil Ketua: J.Latumahina (Kepala Departemen Politik di Kantor Provinsi Sulawesi)
Sekretaris: Henk Rondonuwu (Ketua Partai Kedaulatan Rakyat/PKR)
Bendahara: Ny. Mathilda Towoliu-Hermanses (Ketua Dewan Kota Makassar)
Komisaris: Achmad Siala (Dg.Masalle), Intje Tadjuddin, Abdul Muluk Makatita
Ketua : Andi Burhanudin (residen di gubernuran Sulawesi/Ketua Umum PKR)
Wakil Ketua: J.Latumahina (Kepala Departemen Politik di Kantor Provinsi Sulawesi)
Sekretaris: Henk Rondonuwu (Ketua Partai Kedaulatan Rakyat/PKR)
Bendahara: Ny. Mathilda Towoliu-Hermanses (Ketua Dewan Kota Makassar)
Komisaris: Achmad Siala (Dg.Masalle), Intje Tadjuddin, Abdul Muluk Makatita
20 Februari 1957
Dewan Pemuda se-Sulawesi mengadakan sidang
sekali lagi hari ini dan menyetujui garis² pimpinan organisasi dan suatu
program terperinci mengenai politik, ekonomi, dan kebudayaan. Pokok pertama
program itu adalah suatu tuntutan akan otonomi seluas²nya.
21 Februari 1957
Presiden Soekarno mengemukakan konsepsinya yang dikenal sebagai "Konsepsi Presiden Soekarno" atau "Konsepsi Presiden" yang isinya adalah menolak sistem demokrasi parlementer secara Barat yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia dan menggantinya dengan sistem demokrasi terpimpin, dan menyatakan perlunya suatu kabinet gotong royong yaitu Kabinet Kaki Empat dengan Nasakom -nya (Nasional, Agama, Komunis).
Bekas Wakil Presiden Drs. Moh.Hatta menyatakan bahwa ia tidak menyetujui konsepsi itu.
23 Februari 1957
Perencanaan formal proklamasi 2 Maret mulai pada suatu pertemuan para perwira senior Sulawesi pada hari ini. Pertemuan ini diadakan di rumah Letkol dr. O.E. Engelen, ketua Ikatan Perwira Republik Indonesia - Indonesia Timur (TT-VII). Letkol dr. O.E. Engelen, sekretaris IPRI TT-VII/Wirabuana - Indonesia Timur Kapten Bing Latumahina, Letkol Saleh Lahede,dan Mayor M. Jusuf berbicara dalam pertemuan itu.
25 Februari 1957