Abdoel Halim | |
. | |
Masa jabatan 16 Januari 1950 – 5 September 1950 | |
Pendahulu | Amir Sjarifoeddin |
Pengganti | Muhammad Natsir |
| |
Partai politik | Non Partai |
Pekerjaan | Politikus |
Abdul Halim (ejaan lama: Abdoel Halim) (lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 27 Desember 1911 – wafat di Jakarta, 4 Juli 1987 pada umur 75 tahun) adalah Perdana Menteri Indonesia pada Kabinet Halim (1949) yang memerintah ketika Republik Indonesia merupakan bagian dari Republik Indonesia Serikat dengan Acting Presiden RI Mr. Assaat.
Latar Belakang dan Pendidikan
Abdul Halim lahir dari ayah yang bernama Achmad St. Mangkoeto dan ibu yang bernama H. Darama. Beliau mengecap pendidikan di HIS, MULO dan AMS B di Jakarta,
dan merupakan lulusan GHS (Geneeskundige Hooge School – didirikan tahun 1924 – atau Sekolah Kedokteran, sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) di Jakarta.
Masa Perjuangan 1945-1949
Sejak Proklamasi 1945 beliau duduk sebagai Wakil Ketua BP-KNIP bersama Mr. Assaat yang menjabat Ketua BP-KNIP. Seperti diketahui, Badan Pekerja (BP) yang beranggauta 28 orang adalah badan pelaksana yang melakukan pekerjaan sehari-hari dari Komite Nasional Indonesia Pusat yang beranggautakan 137 orang.
Pada masa revolusi fisik 1945-1949 beliau tidak pernah praktek dokter, selain sebagai politisi dan mempunyai hobi memelihara mobil kesayangannya, sehingga oleh kawan-kawannya dijuluki sebagai dokter mobil alias sebagai montir mobil kesayangannya.
Masa RI dan Setelah RIS 1950
Pada Masa RI beliau dipercaya menjabat sebagai Perdana Menteri di mana Mr. Assaat sebagai Acting Presiden. Kemudian setelah RIS beliau duduk dalam Kabinat Natsir. Setelah melepaskan jabatan sebagai menteri pertahanan (ad interim) di Kabinet Natsir, Abdul Halim kembali menekuni bidangnya sebagai dokter dan pernah menjabat sebagai direktur Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Beliau yang tetap membujang selama hayatnya terakhir menjabat sebagai Inspektur Jenderal RSCM dan meninggal di Jakarta
==========================================
Mohammad Natsir
Mohammad Natsir | |
| |
Masa jabatan 5 September 1950 – 26 April 1951 | |
Pendahulu | Abdoel Halim |
Pengganti | Sukiman Wirjosandjojo |
| |
Partai politik | Masyumi |
Pekerjaan | Politikus |
Mohammad Natsir (lahir di Alahan Panjang, Sumatera Barat, 17 Juli 1908 – wafat di Jakarta, 6 Februari 1993 pada umur 84 tahun) adalah pemimpin Masyumi dan salah seorang tokoh politik dan tokoh Islam di Indonesia. Selain itu ia juga merupakan Perdana Menteri Indonesia pada era awal 1950-an.
Kehidupan
Ayah Natsir bekerja sebagai pegawai pemerintahan di Alahan Panjang, sedangkan kakeknya seorang ulama. Ketika kecil, Natsir belajar di HIS Solok serta di sekolah agama Islam yang dipimpin oleh para pengikut Haji Rasul. Tahun 1923-1927 Natsir mendapat beasiswa untuk sekolah di MULO, dan kemudian melanjutkan ke AMS Bandung hingga tamat pada tahun 1930. Di Bandung, Natsir berinteraksi dengan para aktivis pergerakan nasional antara lain Syafruddin Prawiranegara, Mohammad Roem dan Sutan Syahrir.
Pada tahun 1932, Natsir berguru pada Ahmad Hassan, yang kelak menjadi tokoh organisasi Islam Persis.
Dari 5 September 1950 hingga 26 April 1951 Natsir adalah Perdana Menteri Indonesia.
Gelar Pahlawan Nasional
Gelar pahlawan nasional diberikan kepada Muhammad Natsir bertepatan pada peringatan Hari Pahlawan tanggal 10 November 2008.
============================================
Soekiman Wirjosandjojo (PM. ke. 6)
Soekiman Wirjosandjojo | |
| |
Masa jabatan 26 April 1951 – 1 April 1952 | |
Pendahulu | Mohammad Natsir |
Pengganti | Wilopo |
| |
Partai politik | Masyumi |
Pekerjaan | Politikus |
Biografi:
Tokoh politik dan pejuang kemerdekaan Indonesia yang juga dikenal sebagai tokoh Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia). Ia menjadi Perdana Menteri pada 26 April 1951-3 April 1952. Lahir di Sewu, Solo tahun 1898, dari keluarga yang taat beragama. Setelah usianya mencukupi ia masuk ke ELS, kemudian melanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter) di Jakarta. Pada usia 29 tahun ia lulus dari Universitas Amsterdam bagian kesehatan. Selama menuntut ilmu di negeri itu, ia mendalami masalah sosial, politik, dan kebudayaan. Karena kecakapannya, ia terpilih menjadi ketua Perhimpunan Indonesia (1925).
Tahun 1926 ia pulang ke tanah air dan membuka praktek dokter di Yogyakarta. Seiring dengan itu, ia terjun dalam perjuangan dengan memasuki Partai Sarekat Islam (PSI) pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto – H. Agus Salim dan menjabat bendahara selama enam tahun. Bersama H. Agus Salim, ia mengubah partai itu menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Partai ini merupakan partai politik tertua di Indonesia.
Pada tahun 1930, setelah timbul perselisihan, dia keluar dari partai dan bersama Surjopranoto mendirikan Partai Islam Indonesia (Parii). Partai baru ini tidak berumur panjang dan hanya bertahan hingga 1935. Meskipun demikian, cita-cita Sukiman untuk mendirikan partai politik Islam yang besar dan berpengaruh tetap menyala. Usahanya tidak berhenti, pada tahun 1939, bersama Wiwoho, ia menghidupkan kembali Partai Islam Indonesia (disingkat PH) dengan mengambil haluan serupa dengan partai terdahulu. Bersifat terbuka dalam keanggotaan, partai ini banyak menerima anggota dari organisasi lain, misalnya Muhammadiyah. Pada waktu itu, di samping adanya federasi partai-partai politik nasional, terdapat pula federasi dari semua pergerakan nasional dan federasi pergerakan Islam, yaitu MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia). Dr. Sukiman menjadi anggota penting federasi itu. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, ia diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung sembari tetap memajukan Masyumi. Meninggal tahun 1974.
=============================================
Wilopo (Perdana Menteri ke.7)
Wilopo | |
| |
Masa jabatan 1 April 1952 – 30 Juli 1953 | |
Pendahulu | Soekiman Wirjosandjojo |
Pengganti | Ali Sastroamidjojo |
| |
Partai politik | Partai Nasional Indonesia |
Pekerjaan | Politikus |
Biografi:
Wilopo seorang sarjana hukum jebolan Rechtshogesschool Jakarta, kelahiran Purwerjo sebuah Kabupaten di Jawa Tengah pada tanggal 21 Oktober 1909 . Beliau dikenal sebagai aktifis mahasiswa yang tergabung dalam Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) kemudian ketua Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) pada zaman pergerakan. Juga aktif dalam Partai Nasional Indonesia (PNI) sebuah partai pemenang pemilu tahun 1955 , bahkan masih aktif di partai setelah PNI berfusi dalam Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di tahun 1973, pernah menjabat Perdana Menteri (3 April 1952 sampai 3 Juni 1953), dan Ketua Konstituante (1955). Sebelum menjadi PM, pernah menjabat Menteri Muda dalam Kabinet Amir Syarifudin (1947), Menteri Perburuhan dalam Kabinet Hatta (1950) dan Menteri Perekonomian dalam Kabinet Sukiman (1951), Ketua Dewan Pertimbangan Agung selama dua Periode (1973-1983) dan Ketua Komisi Empat (lembaga ekstra pemberantasan korupsi) yang anggotanya terdiri dari IJ kaisepo, Profesor Dr.Ir Yohanes dan Anwar Cokroaminoto, penasihatnya adalah Proklamator RI Mohamatd Hatta dan sekertaris adalah Letjen Sutopo Yuwono.
==========================================
Ali Sastroamidjojo (PM. ke.
Ali Sastroamidjojo | |
Perdana Menteri Indonesia ke-8 | |
Masa jabatan 30 Juli 1953 – 11 Agustus 1955 | |
Pendahulu | Wilopo |
Pengganti | Burhanuddin Harahap |
Perdana Menteri Indonesia ke-8 | |
Masa jabatan 20 Maret 1956 – 9 April 1957 | |
Pendahulu | Burhanuddin Harahap |
Pengganti | Djuanda Kartawidjaja |
| |
Partai politik | Partai Nasional Indonesia |
Pekerjaan | Politikus |
Ali Sastroamidjojo SH (ejaan baru: Ali Sastroamijoyo) (lahir di Grabag, Jawa Tengah, 21 Mei 1903 – wafat di Jakarta, 13 Maret 1976 pada umur 72 tahun) adalah tokoh politik, pemerintahan, dan nasionalis. Ia mendapatkan gelar Meester in de Raechten (sarjana hukum) dari Universitas Leiden, Belanda pada tahun 1927. Ia juga adalah Perdana Menteri Indonesia ke-8 yang sempat dua kali menjabat pada periode 1953-1955 (Kabinet Ali Sastroamidjojo I) dan 1956-1957 (Kabinet Ali Sastroamidjojo II).
Selain itu, Ali juga sempat menjabat sebagai Wakil Menteri Penerangan pada Kabinet Presidensial I, Menteri Pengajaran pada Kabinet Amir Sjarifuddin I, Amir Sjarifuddin II, serta Hatta I, dan Wakil Ketua MPRS pada Kabinet Kerja III, Kerja IV, Dwikora I, dan Dwikora II.
Semasa bersekolah, aktif dalam organisasi pemuda, seperti halnya organisasi Jong Java (1918-1922) dan Perhimpunan Indonesia di Negeri Belanda (1923-1928). Karena aktivitasnya, ia ditahan pada tahun 1927 oleh Polisi Belanda bersama-sama dengan Mohammad Hatta, Natzir Dt. Pamuncak, dan Abdulmajid. Pada tahun 1928, bersama-sama dengan Mr. Soejoedi membuka kantor pengacara, dan bersama dr. Soekiman, menerbitkan majalah Djanget di Solo. Kemudian ia masuk Partai Nasionalis Indonesia (PNI) pimpinan Bung Karno, lalu masuk Gerindo saat PNI dibubarkan oleh Mr. Sartono. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945, ia masuk kembali ke organisasi PNI.
Setelah Perang Dunia II usai, ia meneruskan aktivitasnya di lapangan politik dan pemerintahan, antara lain menjadi Menteri Pengajaran dalam Kabinet Amir Syarifuddin (Juli 1947) dan Kabinet Hatta (Januari 1948). Ia kemudian menjabat sebagai wakil ketua delegasi Republik Indonesia dalam perundingan dengan Belanda (Februari 1948) dan menjadi anggota delegasi Republik Indonesia dalam perundingan Konferensi Meja Bundar. Setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia, ia diangkat menjadi Duta Besar Republik Indonesia di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko (1950-1955). Selain itu, ia juga diangkat menjadi ketua umum Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955, wakil tetap Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) (1957-1960), dan menjadi ketua umum PNI (1960-1966).
Selain menjadi tokoh politik, ia juga rajin mempublikasikan pikirannya, antara lain pada Pengantar Hukum Internasional (1971), Politik Luar Negeri Indonesia Dewasa Ini (1972), otobiografi Tonggak-tonggak Perjalananku (1974), dan Empat Mahasiswa Indonesia di Negeri Belanda (1975).
=============================================
Burhanuddin Harahap (PM.ke.9)
Burhanuddin Harahap | |||||
| |||||
Masa jabatan 11 Agustus 1955 – 20 Maret 1956 | |||||
Pendahulu | Ali Sastroamidjojo | ||||
Pengganti | Ali Sastroamidjojo | ||||
| |||||
Partai politik | Masyumi | ||||
Pekerjaan | Politikus | ||||
Burhanuddin Harahap (lahir di Medan, Sumatera Utara 1917 – Jakarta, 14 Juni 1987) adalah Perdana Menteri Indonesia ke-9 yang bersama Kabinet Burhanuddin Harahap memerintah antara 12 Agustus 1955 sampai 24 Maret 1956.
Burhanuddin menyelesaikan studinya di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Dia bergabung dengan Partai Masyumi pada tahun 1946 dan kemudian diangkat menjadi Ketua Fraksi Masyumi di DPRS RI.
Ia meninggal di RS Jantung Harapan Kita dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta.
========================================
Ir. R. Djoeanda Kartawidjaja-(PM. ke-10)
Masa jabatan 9 April 1957 – 9 Juli 1959 | |||||
Pendahulu | Ali Sastroamidjojo | ||||
Pengganti | Tidak ada,jabatan kosong | ||||
| |||||
Partai politik | Partai Nasional Indonesia | ||||
Pekerjaan | Politikus | ||||
Ir. R. Djoeanda Kartawidjaja (ejaan baru: Juanda Kartawijaya) (lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 14 Januari 1911 – wafat di Jakarta, 7 November 1963 pada umur 52 tahun) adalah Perdana Menteri Indonesia ke-10 sekaligus yang terakhir. Ia menjabat dari 9 April 1957 hingga 9 Juli 1959. Setelah itu ia menjabat sebagai Menteri Keuangan dalam Kabinet Kerja I.
Sumbangannya yang terbesar dalam masa jabatannya adalah Deklarasi Djuanda tahun 1957 yang menyatakan bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI.
Selain itu namanya juga diabadikan sebagai nama lapangan terbang di Surabaya, Jawa Timur yaitu Bandara Djuanda karena jasanya dalam memperjuangkan pembangunan lapangan terbang tersebut sehingga dapat terlaksana.
Beliau dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.
bersambung -----
Tidak ada komentar:
Posting Komentar